Kategori
Upload Desain
Deskripsi
Seorang teoretikus sejarah terkemuka dengan lantang berkata bahwa "sejarah adalah ilmu untuk mendapatkan kebenaran", padahal sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan, sejarah tidak bisa berpretensi sebagai disiplin keilmuan yang bisa menentukan ketentuan yang umum berlaku dan tidak pula bisa berniat untuk memperlihatkan kenyataan yang sesungguhnya, karena yang ingin ditemukan ialah rekonstruksi "kebenaran" otentik yang mungkin telah tertutup dalam kabut waktu. Kabut waktu itu hanya mungkin ditembus kalau ada kesaksian, setelah melalui proses kritik bisa dipakai sebagai "perantara" antara peristiwa yang telah berlalu dengan hasrat untuk mengetahuinya.
Begitu juga dengan peristiwa di sekitar Gerakan 30 September 1965, betapapun mungkin unsur-unsur esensial tentang ”siapa-siapa” yang berada di balik peristiwa ”malam jahanam” itu masih diperdebatkan. Kalau demikian masalahnya, maka timbul juga pertanyaan dapatkah "kata akhir" dari kontroversi yang telah berumur lebih dari empat puluh tahun ini ditemukan? Adalah tugas sejarawan untuk senantiasa berusaha mendapatkan pemahaman kolektif tentang masa lalu melalui proses dialog kritis yang panjang dan kompleks—"sesama mereka, dengan masyarakat luas, dan dengan cacatan sejarah".
Untuk itulah buku ini berusaha mengungkapkan berbagai teori tentang siapa dalang di balik peristiwa 1965 yang merupakan ‘batas sejarah’ dari dinamika bangsa Indonesia!
Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional: Bagian I Rekonstruksi dalam Perdebatan
- Pustaka Obor Indonesia
- Rp. 95.000
Deskripsi
Seorang teoretikus sejarah terkemuka dengan lantang berkata bahwa "sejarah adalah ilmu untuk mendapatkan kebenaran", padahal sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan, sejarah tidak bisa berpretensi sebagai disiplin keilmuan yang bisa menentukan ketentuan yang umum berlaku dan tidak pula bisa berniat untuk memperlihatkan kenyataan yang sesungguhnya, karena yang ingin ditemukan ialah rekonstruksi "kebenaran" otentik yang mungkin telah tertutup dalam kabut waktu. Kabut waktu itu hanya mungkin ditembus kalau ada kesaksian, setelah melalui proses kritik bisa dipakai sebagai "perantara" antara peristiwa yang telah berlalu dengan hasrat untuk mengetahuinya.
Begitu juga dengan peristiwa di sekitar Gerakan 30 September 1965, betapapun mungkin unsur-unsur esensial tentang ”siapa-siapa” yang berada di balik peristiwa ”malam jahanam” itu masih diperdebatkan. Kalau demikian masalahnya, maka timbul juga pertanyaan dapatkah "kata akhir" dari kontroversi yang telah berumur lebih dari empat puluh tahun ini ditemukan? Adalah tugas sejarawan untuk senantiasa berusaha mendapatkan pemahaman kolektif tentang masa lalu melalui proses dialog kritis yang panjang dan kompleks—"sesama mereka, dengan masyarakat luas, dan dengan cacatan sejarah".
Untuk itulah buku ini berusaha mengungkapkan berbagai teori tentang siapa dalang di balik peristiwa 1965 yang merupakan ‘batas sejarah’ dari dinamika bangsa Indonesia!