ipbprinting - Memajukan UKM Indonesia

La Galigo Menurut Naskah NBG 188 jilid 2

Bagikan:
  • Pustaka Obor Indonesia

Penulis

Rating

Harga

Rétna Kencana Colliq Pujié Arung Pancana Toa (editor)

5.0

Rp. 160.000

Kategori

Upload Desain

Deskripsi

Ketika Batara Lattuq telah menjadi dewasa, tiba saatnya untuk mencari permaisuri. Sayangnya tak satu pun orang di negeri Luwuq yang memiliki darah yang sederajat dengannya. Alangkah gusar hati Batara Guru bersama Wé Nyiliq Timoq memikirkan tentang putranya. Akhirnya Wé Nyiliq Timoq turun ke Pérétiwi untuk meminta pertimbangan orang tuanya di kerajaan bawah laut. Sayangnya apa yang diharapkannya tidak diperoleh, sehingga Batara Guru memutuskan naik ke Boting Langiq untuk meminta Patotoqé mewujudkan keinginan Batara Lattuq. Patotoqé pun menyarankan  agar Batara Lattuq berlayar ke Tompoq Tikkaq untuk menemukan jodoh yang sederajat.

Kisah ini diawali dengan keberangkatan Batara Lattuq melalui pelayaran dan petualangan yang penuh tantangan. Ketika tiba di Tompoq Tikkaq, didapatinya dua anak yatim piatu, Wé Adi Luwuq dan Wé Datu Sengngeng bersama inang pengasuhnya, hidup dalam penderitaan di istana yang telah dirampas seluruh isinya. Batara Lattuq mengajukan lamaran ke Wé Datu Sengngeng sesuai pesan  Patotoqé, tapi pinangan itu ditolak inang pengasuh karena merasa anak asuhnya tidaklah pantas diperistri oleh sang raja akibat kemiskinan dan penderitaannya. Batara Lattuq, tidak peduli dengan keadaan sang putri, ia memperbaiki istana Wé Datu Sengngeng yang telah rusak dan kosong.

Sementara bibi jahat dihukum dan seluruh harta yang telah dirampasnya dikembalikan kepada kedua anak yatim piatu itu. Pesta perkawinannya pun berlangsung berhari-hari, dan tak henti-hentinya harta benda diusung naik ke istana dari perahu-perahu Batara Lattuq yang jumlahnya tak terhitung. Sesudah pesta Batara Lattuq berlangsung, saudara Wé Datu Sengngeng,  Wé Adiluwuq menikah pula dengan I La Jiriu, sepupu Batara Lattuq yang turun bersamanya dari Boting Langiq.

Tak berapa lama sesudah pesta berlangsung, sang putri pun diboyong kembali ke Tanah Luwuq tempat orang tuanya bertahta dan berkuasa.

Sepuluh bulan setelah pasangan ini bermukim di Luwuq, pada suatu malam Wé Datu Sengngeng bermimpi mengarungi laut dan menyaksikan sebuah keranjang emas yang tergantung pada bianglala, berisi sebuah telur, langsung turun di hadapannya. Wé Datu Sengngeng lalu duduk di atas keranjang tersebut, telur tersebut pecah, keluarlah dua ekor anak ayam, jantan dan betina. Yang betina naik ke Dunia Atas di istana Boting Langiq, sedang yang jantan terbang ke berbagai negeri jauh. Keesokan paginya ketika terbangun, Wé Datu Sengngeng kaget dan  bingung,  dan menurut mertuanya, Wé Nyiliq Timoq, mimpi tersebut merupakan isyarat bahwa ia akan melahirkan dinru laweng, anak kembar emas, yaitu seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Putranya akan mengunjungi negeri-negeri jauh, sedangkan putrinya akan naik ke Boting Langiq.

Sementara Wé Adiluwuq (saudara Wé Datu Sengngeng) dan I La Jiriu juga  dikaruniai anak kembar emas, yaitu Pallawa Gauq dan Wé Tenrirawé.

img-

La Galigo Menurut Naskah NBG 188 jilid 2

  • Pustaka Obor Indonesia
  • Rp. 160.000
Bagikan:

Deskripsi

Ketika Batara Lattuq telah menjadi dewasa, tiba saatnya untuk mencari permaisuri. Sayangnya tak satu pun orang di negeri Luwuq yang memiliki darah yang sederajat dengannya. Alangkah gusar hati Batara Guru bersama Wé Nyiliq Timoq memikirkan tentang putranya. Akhirnya Wé Nyiliq Timoq turun ke Pérétiwi untuk meminta pertimbangan orang tuanya di kerajaan bawah laut. Sayangnya apa yang diharapkannya tidak diperoleh, sehingga Batara Guru memutuskan naik ke Boting Langiq untuk meminta Patotoqé mewujudkan keinginan Batara Lattuq. Patotoqé pun menyarankan  agar Batara Lattuq berlayar ke Tompoq Tikkaq untuk menemukan jodoh yang sederajat.

Kisah ini diawali dengan keberangkatan Batara Lattuq melalui pelayaran dan petualangan yang penuh tantangan. Ketika tiba di Tompoq Tikkaq, didapatinya dua anak yatim piatu, Wé Adi Luwuq dan Wé Datu Sengngeng bersama inang pengasuhnya, hidup dalam penderitaan di istana yang telah dirampas seluruh isinya. Batara Lattuq mengajukan lamaran ke Wé Datu Sengngeng sesuai pesan  Patotoqé, tapi pinangan itu ditolak inang pengasuh karena merasa anak asuhnya tidaklah pantas diperistri oleh sang raja akibat kemiskinan dan penderitaannya. Batara Lattuq, tidak peduli dengan keadaan sang putri, ia memperbaiki istana Wé Datu Sengngeng yang telah rusak dan kosong.

Sementara bibi jahat dihukum dan seluruh harta yang telah dirampasnya dikembalikan kepada kedua anak yatim piatu itu. Pesta perkawinannya pun berlangsung berhari-hari, dan tak henti-hentinya harta benda diusung naik ke istana dari perahu-perahu Batara Lattuq yang jumlahnya tak terhitung. Sesudah pesta Batara Lattuq berlangsung, saudara Wé Datu Sengngeng,  Wé Adiluwuq menikah pula dengan I La Jiriu, sepupu Batara Lattuq yang turun bersamanya dari Boting Langiq.

Tak berapa lama sesudah pesta berlangsung, sang putri pun diboyong kembali ke Tanah Luwuq tempat orang tuanya bertahta dan berkuasa.

Sepuluh bulan setelah pasangan ini bermukim di Luwuq, pada suatu malam Wé Datu Sengngeng bermimpi mengarungi laut dan menyaksikan sebuah keranjang emas yang tergantung pada bianglala, berisi sebuah telur, langsung turun di hadapannya. Wé Datu Sengngeng lalu duduk di atas keranjang tersebut, telur tersebut pecah, keluarlah dua ekor anak ayam, jantan dan betina. Yang betina naik ke Dunia Atas di istana Boting Langiq, sedang yang jantan terbang ke berbagai negeri jauh. Keesokan paginya ketika terbangun, Wé Datu Sengngeng kaget dan  bingung,  dan menurut mertuanya, Wé Nyiliq Timoq, mimpi tersebut merupakan isyarat bahwa ia akan melahirkan dinru laweng, anak kembar emas, yaitu seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Putranya akan mengunjungi negeri-negeri jauh, sedangkan putrinya akan naik ke Boting Langiq.

Sementara Wé Adiluwuq (saudara Wé Datu Sengngeng) dan I La Jiriu juga  dikaruniai anak kembar emas, yaitu Pallawa Gauq dan Wé Tenrirawé.

Produk terkait
Kajian Perempuan Malaysia-Indonesia Dalam Sastra
Kajian Perempuan Malaysia-Indonesia Dalam Sastra
Rp. 100.000
La Galigo Menurut Naskah NBG 188 jilid 1
La Galigo Menurut Naskah NBG 188 jilid 1
Rp. 160.000
Malam
Malam
Rp. 25.000
Langit, Angin, Bintang, dan Puisi (Antologi Puisi dan Prosa)
Langit, Angin, Bintang, dan Puisi (Antologi Puisi dan Prosa)
Rp. 60.000
Islamisasi Bugis: Kajian Sastra Atas La Galigo Versi Bottinna I La Déwata Sibawa I Wé Attaweq
Islamisasi Bugis: Kajian Sastra Atas La Galigo Versi Bottinna I La Déwata Sibawa I Wé Attaweq
Rp. 170.000
Anthology of Short Stories from Indonesia- Malaysia-Singapore
Anthology of Short Stories from Indonesia- Malaysia-Singapore
Rp. 85.000
Kumpulan Puisi Perempuan Indonesia-Malaysia
Kumpulan Puisi Perempuan Indonesia-Malaysia
Rp. 75.000
Catatan Perang korea
Catatan Perang korea
Rp. 50.000