Kata orang, ada orang yang tenar karena media. Ada juga orang yang besar karena karya. Bisa juga orang tenar dan besar karena dua-duanya. Hari pahlawan telah kita peringati. Apakah pahlawan dikenang karena tenarnya di media ataukah dikenang karena karyanya? Karya tidak saja merujuk pada produk yang tangible. Karya bisa merujuk pada pikiran dan tindakan. Karya disebut besar kalau membawa perubahan menuju kemajuan. Pahlawan kemerdekaan memiliki karya besar berupa pikiran dan tindakan dalam rangka perjuangan kemerdekaan. Ada perjuangan melalui gerakan massa baik bersenjata atau tidak, ada juga berupa gerakan intelektual dan gerakan ekonomi. Sekarang bukan lagi era perjuangan kemerdekaan. Sekarang adalah era mensyukuri kemerdekaan. Mensyukuri kemerdekaan yang terbaik adalah dengan karya yang menyejarah. Karya yang menyejarah akan selalu menginspirasi. Seperti apa sosok pahlawan atau hero era baru ini? . Menurut KBBI, hero berarti orang yang dihormati karena keberanian, atau orang yang dikagumi karena kecakapan dan prestasi. Menurut Oxford Dictionaries, hero adalah "a person who is admired for their courage, outstanding achievements, or noble qualities ". Semua orang bisa menjadi hero. Kuncinya adalah keberanian, prestasi yang luar biasa dan membawa manfaat untuk orang lain.
Bicara tentang hero jadi teringat sosok guru besar IPB yang bernama Prof Bambang HERO Saharjo. Kebetulan pada namanya ada kata "Hero". Nama bukan tanpa sebab. Bisa jadi orang tua beliau memang menginginkan putranya menjadi "Hero". Nama adalah doa. Kini orang tua beliau bisa tersenyum bahagia bahwa sebagian doanya terkabul. Bagi pejuang lingkungan, kini Prof Bambang menjadi "Hero". Perjuangannya yang konsisten dalam meneliti kebakaran hutan kini diakui dunia. Baru-baru saja beliau mendapat penghargaan bergengsi John Maddox Prize 2019 di Inggris, dengan menyisihkan 206 calon dari 38 negara. Penghargaan diberikan karena dedikasinya meneliti satu topik bertahun-tahun dan hasil penelitiannya pun banyak menjadi bahan kebijakan. Inilah penelitian transformatif, yakni penelitian yang berdampak. Penelitian transformatif selalu ada keberpihakan dan tidak bebas nilai. Karena dampak itulah beliau mendapat penghargaan. Penghargaan adalah akibat, bukan tujuan. Karena itu penghargaan ada di ujung hilir, yang sulit dicapai tanpa perjuangan keras di hulu. Ancaman kriminalisasi berkali-kali ia dapatkan. Namun kegigihan dalam meneliti tak putus di jalan, kegigihan yang bersimbiosis dengan keberanian. Kata pepatah, "No pain, no gain".
Di IPB masih banyak "Hero" lain, baik yang muncul di permukaan maupun yang masih bertahan bekerja dalam kesunyian. Ada Dr. Hajrial Aswiddinnoor yang menemukan varietas IPB 3S sebagai varietas unggul dengan produktivitas bisa mencapai 11 ton/hektar lebih. Ada juga bapak Kamir R Brata penemu teknologi biopori yang kini sudah dipraktekkan dimana-mana. Inovasinya sangat bermanfaat untuk kelestarian lingkungan. Masih banyak lagi nama-nama lain yang sungguh berprestasi dan memberi nilai tambah pada kehidupan. Para hero di dunia umumnya lahir tanpa desain. Hero adalah predikat dari orang lain. Mereka tumbuh mengalir secara alamiah, tanpa rekayasa. Mereka bekerja lebih keras dari orang lain. Mereka bekerja dengan passion yang tinggi. Mereka jarang mengatakan dirinya hebat. Orang lainlah yang mengatakan hebat karena telah merasakan betapa karyanya bermanfaat.
Hero adalah reputasi, yaitu nama baik yang tercipta karena orang lain mengakuinya. Orang lain telah merasakan manfaat karyanya. Akhirnya, hero adalah investasi, yang karena karyanya memberi manfaat untuk orang lain, maka secara tak terduga akan banyak gain yang didapat kelak. Gain bisa tangible atau intangible. Tuhan tidak akan tinggal diam kepada orang yang telah memberi manfaat untuk orang lain. Hirarki manfaat akan menentukan seberapa besar gain yang didapat. Hirarkinya bermula dari hero untuk diri sendiri, hero untuk keluarga, hero untuk sahabat, hero untuk organisasi, hero untuk masyarakat, hero untuk bangsa, hingga hero untuk dunia. Namun demikian, hero sejati tak pernah memikirkan gain untuk dirinya. Hero sejati tak pernah memikirkan karyanya sebagai investasi. Hero sejati selalu ingin mempersembahkan karyanya penuh aura keikhlasan. Hero berkarya untuk kemajuan bersama. Di kampus, akan makin banyak hero bermunculan. Kuncinya adalah karya inovasi yang menginspirasi. Kuncinya ada pada orientasi kebenaran, bukan ketenaran. Karena itulah kata-kata mutiara dari Pak Andi Hakim Nasoetion patut kita ingat kembali: " Carilah kebenaran, bukan ketenaran, maka bertemulah keduanya".
Hongkong, 27 November 2019
Selamat hari Sumpah Pemuda. Momentum ini penting untuk menggali nilai-nilai perjuangan para pemuda di awal abad 20. Keikhlasan mereka melepas baju daerah dan etnisitas untuk bersatu menjadi Indonesia memiliki nilai yang tak terhingga. Bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Bukan barang yang mudah untuk bisa terus merawat persatuan di tengah kebhinnekaan seperti ini selama 91 tahun. Ada yang menarik saat komedian Ari Kriting datang ke IPB dan menegaskan bahwa merawat kebhinnekaan tidak mudah. Negara maju saja belum tentu mampu melakukan hal itu. Amerika hingga tahun 1960-an masih rasis. Hak ekslusif kulit putih tidak dimiliki kulit hitam atau Afrika Amerika, Amerika asli dan warga Hispanik.
Baru setelah Martin Luther King Jr. membakar 250 ribu orang yang berkumpul di depan Lincoln Memorial pada 28 Agustus 1963 dengan pidatonya yang terkenal " I have a dream ", maka rasisme Amerika mulai memudar. Isinya kira-kira seperti ini: "Aku bermimpi di mana pada suatu hari nanti keempat anakku akan tinggal di sebuah negara yang tidak menilai seseorang berdasarkan warna kulitnya tetapi berdasarkan karakter ". Di Indonesia, kesadaran berbangsa dengan kesetaraan etnisitas sudah tumbuh sejak 1928. Amerika baru mulai sadar tahun 1960 an.
Mendorong ekonomi tumbuh tidak sesulit mendorong keragaman etnis terawat dalam persatuan. Inilah prestasi Indonesia meski secara ekonomi tidak semaju tapi sukses merawat kebhinnekaan. Merawat kebhinnekaan adalah merawat manusia dan inilah sebetulnya peradaban agung. Yakni peradaban yang mengagungkan nilai kemanusiaan. Hanya dengan nilai kemanusiaan yang tinggi maka merawat kebhinnekaan bisa sukses. Hanya dengan kemanusiaan yang tinggi toleransi bisa terjaga. Inilah hebatnya Indonesia yang rakyatnya terus memanusiakan manusia yang membuat kita tetap bersatu. Kita harus bangga dengan keikhlasan kita semua untuk terus bersatu. Yugoslavia akhirnya tercerai berai. Uni Soviet pun harus mengalami nasib serupa. Padahal jumlah etnis mereka tak seberapa dibandingkan dengan kita.
Persatuan berbasis kebhinnekaan adalah modal sosial yang amat penting. Basis Modal sosial ini adalah trust. Artinya kita bersatu karena kita saling percaya meski berbeda etnis dan budaya termasuk beda bahasa, beda kesenian, beda norma-norma sosial, beda sistem pengetahuan dan beda sistem kepercayaan (belief). Karena itu menjaga trust ini adalah agenda terpenting bangsa Indonesia saat ini. Trust yang terpenting adalah trust untuk saling membesarkan. Tercipta interdependensi antar kita. Tercipta jejaring antar kita. Tercipta persaudaraan antar kita. Untuk mengikat agar trust terus terjaga dan kita harus bersama-sama dalam bingkai persatuan bangsa adalah Pancasila. Pancasila adalah konsensus bersama tentang nilai yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa ada konsensus bersama melalui Pancasila sulit bagi kita untuk bersatu. Hal ini karena Pancasila adalah pengikat trust antar kita sehingga kita punya acuan nilai yang sama untuk hidup bersama dan terus bersatu.
Merawat kebhinnekaan adalah ajaran alam. Sejenak kita lihat bagaimana alam semesta bekerja. Kerja alam mestinya bisa menjadi inspirasi dan pelajaran bagi kehidupan manusia dan kebudayaannya. Menurut ahli filsafat Capra, ada 5 prinsip ekologi yaitu diversitas atau beragam, interdependensi, berjejaring, holistik dan fleksibel . Alam telah mengajarkan ciri-ciri itu agar alam tetap survive. Lima prinsip ekologi itu bisa menjadi sumber kebudayaan. Mestinya manusia juga meniru bagaimana prinsip-prinsip kerja alam itu, sehingga manusia bisa mengakui keragaman, membangun interdependensi, berjejaring, berwawasan holistik dan terus beradaptasi terhadap dinamika perubahan yang ada agar manusia bisa bertahan hidup. Kalau ada manusia tidak mengakui keragaman, tidak mau saling tergantung, tidak mau berjejaring dengan komunitas yang serba beda, artinya manusia tersebut telah menyalahi kodrat alam.
Itulah mengapa IPB sejak dulu memiliki kebijakan merekrut calon mahasiswa dari seluruh penjuru tanah air melalui jalur undangan tanpa tes. Tidak lain karena IPB menyadari bahwa kesetaraan akses pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia adalah sebuah keniscayaan dalam merawat kebhinnekaan. Meski secara historis ada trust untuk bersatu tapi kalau tidak dirawat dengan menjamin kesetaraan akses pada pendidikan, ekonomi, dan politik maka sangatlah berbahaya bagi trust itu sendiri. Disinilah keadilan harus ditegakkan, yakni keadilan akses. Keadilan inilah yang akan merawat trust antar kita. Keadilan inilah yang akan membuat kita masih merasa bersaudara.
IPB pun lalu mengembangkan spirit kebhinnekaan dengan sistem asrama 1 tahun sehingga kehidupan multibudaya bisa terbangun. Komunikasi lintas budaya juga semakin lancar. Sejak awal mahasiswa dididik untuk mengenal dan menghargai multi budaya. Acara tahunan kemahasiswaan berupa Gebyar Nusantara oleh BEM KM IPB serta Festival Budaya Nusantara oleh mahasiswa Sekolah Vokasi IPB adalah cerminan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya merawat kebhinnekaan. Pada momentum itulah seluruh organisasi mahasiswa daerah (Omda) di IPB menampilkan aneka budaya dalam seni, busana dan kuliner khas daerah. Tidak lain acara ini untuk membangun apresiasi keragaman budaya. Inilah komitmen mahasiswa IPB untuk terus memperkuat persatuan bangsa dengan merawat kebhinnekaan. Semestinya tidak berlebihan bila dengan kebijakan rekrutmen mahasiswa untuk seluruh nusantara dan kehidupan multibudaya di kampus seperti di atas kita ingin IPB menjadi Kampus Kebhinnekaan. Meski dalam skala yang masih kecil, inilah sumbangan IPB untuk terus merawat kebhinnekaan. Inilah lilin-lilin kecil yang terus IPB nyalakan. Sekecil apapun lilin yang kita nyalakan hari ini akan terus ada harapan kelak kita akan menerangi dunia.
Bogor 26 Oktober 2019
Marhaban Ya Ramadhan. Bagaimana kita memaknai hikmah puasa secara multi dimensi? Setidaknya ada empat dimensi penting hasil menjalankan ibadah puasa Ramadhan baik pada level individual maupun sosial yaitu dimensi spiritual intelligence, physical intelligence, emotional intelligence, dan social intelligence.
Pertama, adalah dimensi spiritual intelligence, yang menekankan pentingnya hubungan ilahiah yang bersifat transendental. Landasan puasa adalah keimanan dan memang puasa diperintahkan hanya kepada orang-orang yang beriman sehingga bunyi QS Al Baqarah 183 adalah "Yaa Ayyuhalladzi na aamanu" dan bukan "yaa ayyuhal muslimun". Karena itu niat berpuasa pun mestinya berbasis pada keimanan. Sebagaimana Hadist Nabi yang mengatakan "Barangsiapa berpuasa karena iman dan ikhlas maka akan diampuni dosa2nya terdahulu". Jadi iman menjadi modal utama puasa, dan puasa juga ditujukan untuk menambah keimanan. Dengan puasa maka modal iman akan terus bertambah. Mekanisme pertambahan keimanan tersebut tercermin dari tuntutan intensitas ibadah selama bulan Ramadhan : perbanyakan sholat sunnah, tadarus al quran, i'tikaf, dan dzikir. Tidak lain pertambahan keimanan ini adalah bagian dari proses menuju status taqwa, yakni status yang dikejar oleh setiap mukmin yang berpuasa. Karena status inilah yang tertinggi di mata Allah SWT.
Kedua, dimensi physical intelligence, yang menekankan benefit orang berpuasa secara biologis. Secara biologis, berpuasa sangat menyehatkan karena puasa 30 hari secara tidak langsung merupakan aktivitas detox yang penting bagi tubuh kita. Ahli kesehatan dan gizi manapun menempatkan puasa sebagai aktivitas fungsional menunjang kesehatan tubuh. Namun demikian tubuh sehat bukanlah segalanya. Tubuh sehat adalah salah satu prasyarat agar jiwa juga sehat, sebagaimana pepatah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Bagaimana puasa menumbuhkan jiwa yang sehat?
Ketiga, dimensi self control dan emotional intelligence. Hakikat puasa adalah pengendalian diri. Puasa melatih orang untuk mampu mengendalikan diri baik dalam aspek nafsu maupun emosi. Kontrol terhadap nafsu biologis makin dilatih, seperti pembatasan secara syariah tentang konsumsi makanan dan minuman. Kontrol terhadap nafsu ekonomis juga dilatih, seperti perintah perbanyakan sedekah. Sementara itu kontrol terhadap emosi juga dilatih, seperti menahan marah, sabar, dan mampu mengelola emosi sehingga berdampak pada perilakunya terhadap orang lain. Inilah yang dimaksud dengan kuatnya emotional intelligence, yang menurut Cardon terdiri dari kuatnya self awareness, self management, empathy, dan relationship management. Ujung dari kuatnya emotional intelligence adalah good interpersonal skill. Dengan demikian puasa melatih untuk mengelola emosi diri yang selanjutnya dapat menciptakan hubungan sosial yang baik.
Keempat, adalah dimensi social intelligence bahwa orang yang berpuasa makin meningkat kecerdasan dalam membangun kehidupan sosial. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Emotional intelligence yang didapat dari puasa dapat menjadi bekal bagi menguatnya social intelligence. Namun ada sisi lain yang perlu dikaji dalam social intelligence ini, yakni tentang kepercayaan (trust). Ada keyakinan orang berpuasa itu jujur. Karena memang puasa memaksa orang berkata benar dan melatih kejujuran. Secara individual, kejujuran akan berujung pada kesuksesan seseorang sebagaimana hasil penelitian Stanley yang menempatkan kejujuran sebagai faktor nomor satu dari 100 faktor penentu kesuksesan di dunia kerja. Sementara itu secara sosial, kejujuran berujung kepada terciptanya kepercayaan. Karena asumsi jujurnya orang yang berpuasa, maka pada bulan puasa secara umum tingkat kepercayaan orang lain kepada orang yang sedang berpuasa akan meningkat. Dengan semakin banyak orang berpuasa mestinya semakin banyak orang dapat dipercaya. Dengan semakin banyak nya orang yang dapat dipercaya maka semakin mencirikan terciptanya high trust society yakni masyarakat dengan rasa saling percaya yang tinggi. Inilah yang oleh Francis Fukuyama menjadi modal sosial penting bagi kemajuan bangsa. Menurut Fukuyama bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki modal sosial tinggi, yakni high trust society seperti Jepang, jerman dan negara maju lainnya. Dengan demikian puasa bisa memberi andil bagi terciptanya high trust society dan kemudian membuat bangsa menjadi lebih maju. Persoalannya adalah apakah suasana bulan puasa yang penuh dengan saling percaya tersebut dapat diteruskan pada 11 bulan berikutnya? Bila jawabannya ya maka tesis bahwa puasa dapat meningkatkan kemajuan bangsa akan terbukti.
Dimensi social intelligence yang diperkuat dengan kemampuan kita membangun trust society di atas, semakin diperkaya dengan spirit solidaritas sosial dengan memberi kepada orang membutuhkan. Puasa melatih orang untuk peduli sesama. Mekanisme zakat, infak, dan sedekah (ZIS) selama bulan puasa adalah instrumen utamanya. Ditambah lagi dengan mekanisme fidyah bagi yang tidak berpuasa karena alasan tertentu semakin memperlihatkan dimensi sosial puasa. Dengan demikian puasa tidak saja memperkuat social intelligence dengan high trust society tetapi juga anti kesenjangan. Semangat anti kesenjangan ini akan makin efektif bila seluruh mekanisme ZIS terinstitusionalisasi dengan baik. Dengan hikmah puasa pada empat dimensi di atas semoga semakin membuat kita yakin bahwa perintah puasa dapat menciptakan kita sebagai manusia seutuhnya yang sehat spiritual, jiwa, raga dan sehat secara sosial.
Bogor, 5 Mei 2019
(Materi disampaikan pada Tausiyah di Masjid Al Hurriyah Kampus IPB Dramaga)
Mengapa perlu melakukan rebranding?
Branding ibarat sebuah kehidupan, yaitu proses yang tidak pernah berhenti. Dalam perjalanannya, kita perlu berhenti sejenak dan mengevaluasi ‘kesehatan brand’ yang diperjuangkan selama ini, dengan menguji seberapa berartinya brand tersebut di mata stakeholders.
Ada berbagai pendekatan untuk mengevaluasi kesehatan brand. Ada cara 'jalan pintas' versus 'penelusuran secara seksama'. Oleh karena layanan dalam pendidikan tinggi ini bersifat jasa yang mempunyai multiple stakeholder, maka jalan pintas tidak direkomendasikan. Pendekatan Ethnography Marketing yang dipilih dalam riset dalam rangka rebranding ini merupakan jalan panjang penelusuran untuk memahami konsumen secara holistik dari berbagai sudut dan perspektif.
Dalam hal ini, IPB melalui profesional telah melakukan rangkaian penelusuran data primer maupun sekunder dengan berbagai teknik yaitu workshop internal dengan tokoh kunci, wawancara mendalam dengan future students, orang tua, guru-guru di sekolah, dan melibatkan tokoh kunci di institusi, baik dalam diskusi terpisah secara individu maupun diskusi terfokus dalam kelompok.
Hasil kajian ilmiah tentang perubahan brand IPB tersebut sudah disampaikan dalam berbagai pertemuan dengan stakeholder, termasuk dalam rapat Senat Akademik. Nama IPB University dan tagline baru ini sudah disahkan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) IPB melalui Keputusan No 7/IT3.MWA/OT/2019 Tentang Pengesahan Rebranding Dengan Nama IPB University.
Sejak kapan inisiasi perubahan nama dilakukan?
- Pada masa Rektor Prof.Dr.Ir. Andi Hakim Nasution ” (1978-1987), sudah tercetus rencana perubahan nama menjadi Universitas Ilmu Pengetahuan Bogor, disingkat “Universitas IPB”.
- Di masa Rektor Prof.Dr.Ir. Aman Wirakartakusumah (1998-2002), sudah dilakukam kajian untuk perubahan menjadi universitas.
- Di masa Rektor Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto (2007-2017), disampaikan mandat berupa Ketetapan Majelis Wali Amanat (MWA) kepada Rektor untuk melakukan pengkajian perubahan nama.
- Pada masa Rektor Dr. Arif Satria, sejak tahun 2018 telah dilakukan kajian perubahan nama dalam bingkai rebranding.
Tahapan apa saja yang sudah dilakukan IPB untuk mendapatkan brand baru yang lebih komunikatif?
- Internal Insights: Pengumpulan insight dari stakeholder internal.
- External Insight: Pengumpulan insight dengan wawancara dari stakeholder eksternal.
- Menerjemahkan insight yang didapat untuk repositioning dan renaming.
- Sosialisasi brand baru ke stakeholder internal dan eksternal.
- Secara bertahap mengimplementasikan brand baru ke dalam berbagai produk marketing communication (website, buku profil, kartu nama, merchandise, dan lain-lain).
Apakah motto/tagline IPB juga berubah?
Ya. Motto/tagline yang sebelumnya adalah “Mencari dan Memberi yang Terbaik (Searching and Serving the Best)” dirasakan sudah menjadi sebuah keharusan dan kekuatan Institusi. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka IPB University merasakan kebutuhan untuk memiliki janji baru yang lebih distinctive, berbeda dari universitas lain. Hasil riset dan diskusi dengan para stakeholder kunci diperoleh sebuah rangkaian kata janji baru yaitu: “Inspiring Innovation with Integrity” (versi pendek), dan versi panjangnya adalah “Inspiring Innovation with Integrity in Agriculture, Ocean, Biosciences for a Sustainable World”.
Motto/tagline ini memberikan penegasan terhadap diferensiasi dibandingkan perguruan tinggi lain:
- Inspiring: mencerahkan, memberikan ide
- Innovation: inovasi yang handal, bisa digunakan dan diterapkan
- Integrity: pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat (nilai-nilai moral tinggi)
Ketiga kata kunci ini telah diaplikasikan dalam pengembangan keilmuan di aspek pertanian, kelautan, biosains untuk mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan.
Apakah nama IPB University juga akan digunakan dalam dokumen resmi seperti ijazah, transkrip, dokumen kepegawaian dan sebagainya?
Seluruh dokumen resmi yang terkait dengan negara, tetap akan menggunakan nama “Institut Pertanian Bogor” sebagai nama resmi institusi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 66 Tahun 2013 tentang Statuta Institut Pertanian Bogor. Namun untuk kepentingan komunikasi internal dan marketing communication akan digunakan sebutan “IPB University”.
Bagaimana dengan dokumen-dokumen untuk keperluan internasional seperti akreditasi, jurnal, dan lain-lain?
Seluruh dokumen yang terkait dengan keperluan internasional, per 1 Juli 2019 sudah harus menggunakan nama “IPB University”. Pengenalan nama baru ini di tingkat global akan melalui proses transisi. Selama masa transisi, penulisan afiliasi lembaga dalam penulisan karya ilmiah atau manuscript jurnal internasional menjadi: IPB University (Bogor Agricultural University). Cara penulisan seperti ini juga akan dipakai dalam proses-proses pengumpulan data perankingan dunia dan indeksasi Scopus.
Mengapa kata “University” dipilih untuk menggantikan kata “Institut” yang selama ini sudah melekat di IPB?
Sejak lama telah berlangsung dualisme dalam terjemahan Institut Pertanian Bogor ke dalam Bahasa Inggris. Walaupun terjemahan yang lebih sesuai adalah “Bogor Agricultural Institute”, namun sudah lama IPB menggunakan “Bogor Agricultural University”. Bahkan ada juga yang menuliskan sebagai Institut Pertanian Bogor. Perbedaan ini seringkali membuahkan kebingungan dalam penulisannya sebagai afiliasi lembaga dalam jurnal internasional.
Alasan mengapa dipilih kata University, diawali dari pemikiran bahwa telah lama IPB berkembang dan menawarkan program studi yang lebih banyak dan luas dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, nama “IPB University” sebagai brand akan membangun asosiasi yang lebih luas dan menjanjikan value lebih tinggi.
Nama singkat juga akan memberikan ruang lebih luas untuk berasosiasi dengan hal-hal yang bersifat kekinian dan modern. Saat ini IPB tidak hanya merupakan singkatan, tetapi juga sebagai sebuah brand. Ada sejumlah corporate brand yang menempuh strategi ini untuk tidak hanya memberikan simplicity dalam pengucapannya, tetapi juga agar lebih solid dalam exposure dan menjelaskan janji brand-nya. Untuk itulah yang dilakukan adalah mengubah brand “Bogor Agricultural University” menjadi “IPB University”.
Kata orang, ada orang yang tenar karena media. Ada juga orang yang besar karena karya. Bisa juga orang tenar dan besar karena dua-duanya. Hari pahlawan telah kita peringati. Apakah pahlawan dikenang karena tenarnya di media ataukah dikenang karena karyanya? Karya tidak saja merujuk pada produk yang tangible. Karya bisa merujuk pada pikiran dan tindakan. Karya disebut besar kalau membawa perubahan menuju kemajuan. Pahlawan kemerdekaan memiliki karya besar berupa pikiran dan tindakan dalam rangka perjuangan kemerdekaan. Ada perjuangan melalui gerakan massa baik bersenjata atau tidak, ada juga berupa gerakan intelektual dan gerakan ekonomi. Sekarang bukan lagi era perjuangan kemerdekaan. Sekarang adalah era mensyukuri kemerdekaan. Mensyukuri kemerdekaan yang terbaik adalah dengan karya yang menyejarah. Karya yang menyejarah akan selalu menginspirasi. Seperti apa sosok pahlawan atau hero era baru ini? . Menurut KBBI, hero berarti orang yang dihormati karena keberanian, atau orang yang dikagumi karena kecakapan dan prestasi. Menurut Oxford Dictionaries, hero adalah "a person who is admired for their courage, outstanding achievements, or noble qualities ". Semua orang bisa menjadi hero. Kuncinya adalah keberanian, prestasi yang luar biasa dan membawa manfaat untuk orang lain.
Bicara tentang hero jadi teringat sosok guru besar IPB yang bernama Prof Bambang HERO Saharjo. Kebetulan pada namanya ada kata "Hero". Nama bukan tanpa sebab. Bisa jadi orang tua beliau memang menginginkan putranya menjadi "Hero". Nama adalah doa. Kini orang tua beliau bisa tersenyum bahagia bahwa sebagian doanya terkabul. Bagi pejuang lingkungan, kini Prof Bambang menjadi "Hero". Perjuangannya yang konsisten dalam meneliti kebakaran hutan kini diakui dunia. Baru-baru saja beliau mendapat penghargaan bergengsi John Maddox Prize 2019 di Inggris, dengan menyisihkan 206 calon dari 38 negara. Penghargaan diberikan karena dedikasinya meneliti satu topik bertahun-tahun dan hasil penelitiannya pun banyak menjadi bahan kebijakan. Inilah penelitian transformatif, yakni penelitian yang berdampak. Penelitian transformatif selalu ada keberpihakan dan tidak bebas nilai. Karena dampak itulah beliau mendapat penghargaan. Penghargaan adalah akibat, bukan tujuan. Karena itu penghargaan ada di ujung hilir, yang sulit dicapai tanpa perjuangan keras di hulu. Ancaman kriminalisasi berkali-kali ia dapatkan. Namun kegigihan dalam meneliti tak putus di jalan, kegigihan yang bersimbiosis dengan keberanian. Kata pepatah, "No pain, no gain".
Di IPB masih banyak "Hero" lain, baik yang muncul di permukaan maupun yang masih bertahan bekerja dalam kesunyian. Ada Dr. Hajrial Aswiddinnoor yang menemukan varietas IPB 3S sebagai varietas unggul dengan produktivitas bisa mencapai 11 ton/hektar lebih. Ada juga bapak Kamir R Brata penemu teknologi biopori yang kini sudah dipraktekkan dimana-mana. Inovasinya sangat bermanfaat untuk kelestarian lingkungan. Masih banyak lagi nama-nama lain yang sungguh berprestasi dan memberi nilai tambah pada kehidupan. Para hero di dunia umumnya lahir tanpa desain. Hero adalah predikat dari orang lain. Mereka tumbuh mengalir secara alamiah, tanpa rekayasa. Mereka bekerja lebih keras dari orang lain. Mereka bekerja dengan passion yang tinggi. Mereka jarang mengatakan dirinya hebat. Orang lainlah yang mengatakan hebat karena telah merasakan betapa karyanya bermanfaat.
Hero adalah reputasi, yaitu nama baik yang tercipta karena orang lain mengakuinya. Orang lain telah merasakan manfaat karyanya. Akhirnya, hero adalah investasi, yang karena karyanya memberi manfaat untuk orang lain, maka secara tak terduga akan banyak gain yang didapat kelak. Gain bisa tangible atau intangible. Tuhan tidak akan tinggal diam kepada orang yang telah memberi manfaat untuk orang lain. Hirarki manfaat akan menentukan seberapa besar gain yang didapat. Hirarkinya bermula dari hero untuk diri sendiri, hero untuk keluarga, hero untuk sahabat, hero untuk organisasi, hero untuk masyarakat, hero untuk bangsa, hingga hero untuk dunia. Namun demikian, hero sejati tak pernah memikirkan gain untuk dirinya. Hero sejati tak pernah memikirkan karyanya sebagai investasi. Hero sejati selalu ingin mempersembahkan karyanya penuh aura keikhlasan. Hero berkarya untuk kemajuan bersama. Di kampus, akan makin banyak hero bermunculan. Kuncinya adalah karya inovasi yang menginspirasi. Kuncinya ada pada orientasi kebenaran, bukan ketenaran. Karena itulah kata-kata mutiara dari Pak Andi Hakim Nasoetion patut kita ingat kembali: " Carilah kebenaran, bukan ketenaran, maka bertemulah keduanya".
Hongkong, 27 November 2019
Selamat hari Sumpah Pemuda. Momentum ini penting untuk menggali nilai-nilai perjuangan para pemuda di awal abad 20. Keikhlasan mereka melepas baju daerah dan etnisitas untuk bersatu menjadi Indonesia memiliki nilai yang tak terhingga. Bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Bukan barang yang mudah untuk bisa terus merawat persatuan di tengah kebhinnekaan seperti ini selama 91 tahun. Ada yang menarik saat komedian Ari Kriting datang ke IPB dan menegaskan bahwa merawat kebhinnekaan tidak mudah. Negara maju saja belum tentu mampu melakukan hal itu. Amerika hingga tahun 1960-an masih rasis. Hak ekslusif kulit putih tidak dimiliki kulit hitam atau Afrika Amerika, Amerika asli dan warga Hispanik.
Baru setelah Martin Luther King Jr. membakar 250 ribu orang yang berkumpul di depan Lincoln Memorial pada 28 Agustus 1963 dengan pidatonya yang terkenal " I have a dream ", maka rasisme Amerika mulai memudar. Isinya kira-kira seperti ini: "Aku bermimpi di mana pada suatu hari nanti keempat anakku akan tinggal di sebuah negara yang tidak menilai seseorang berdasarkan warna kulitnya tetapi berdasarkan karakter ". Di Indonesia, kesadaran berbangsa dengan kesetaraan etnisitas sudah tumbuh sejak 1928. Amerika baru mulai sadar tahun 1960 an.
Mendorong ekonomi tumbuh tidak sesulit mendorong keragaman etnis terawat dalam persatuan. Inilah prestasi Indonesia meski secara ekonomi tidak semaju tapi sukses merawat kebhinnekaan. Merawat kebhinnekaan adalah merawat manusia dan inilah sebetulnya peradaban agung. Yakni peradaban yang mengagungkan nilai kemanusiaan. Hanya dengan nilai kemanusiaan yang tinggi maka merawat kebhinnekaan bisa sukses. Hanya dengan kemanusiaan yang tinggi toleransi bisa terjaga. Inilah hebatnya Indonesia yang rakyatnya terus memanusiakan manusia yang membuat kita tetap bersatu. Kita harus bangga dengan keikhlasan kita semua untuk terus bersatu. Yugoslavia akhirnya tercerai berai. Uni Soviet pun harus mengalami nasib serupa. Padahal jumlah etnis mereka tak seberapa dibandingkan dengan kita.
Persatuan berbasis kebhinnekaan adalah modal sosial yang amat penting. Basis Modal sosial ini adalah trust. Artinya kita bersatu karena kita saling percaya meski berbeda etnis dan budaya termasuk beda bahasa, beda kesenian, beda norma-norma sosial, beda sistem pengetahuan dan beda sistem kepercayaan (belief). Karena itu menjaga trust ini adalah agenda terpenting bangsa Indonesia saat ini. Trust yang terpenting adalah trust untuk saling membesarkan. Tercipta interdependensi antar kita. Tercipta jejaring antar kita. Tercipta persaudaraan antar kita. Untuk mengikat agar trust terus terjaga dan kita harus bersama-sama dalam bingkai persatuan bangsa adalah Pancasila. Pancasila adalah konsensus bersama tentang nilai yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa ada konsensus bersama melalui Pancasila sulit bagi kita untuk bersatu. Hal ini karena Pancasila adalah pengikat trust antar kita sehingga kita punya acuan nilai yang sama untuk hidup bersama dan terus bersatu.
Merawat kebhinnekaan adalah ajaran alam. Sejenak kita lihat bagaimana alam semesta bekerja. Kerja alam mestinya bisa menjadi inspirasi dan pelajaran bagi kehidupan manusia dan kebudayaannya. Menurut ahli filsafat Capra, ada 5 prinsip ekologi yaitu diversitas atau beragam, interdependensi, berjejaring, holistik dan fleksibel . Alam telah mengajarkan ciri-ciri itu agar alam tetap survive. Lima prinsip ekologi itu bisa menjadi sumber kebudayaan. Mestinya manusia juga meniru bagaimana prinsip-prinsip kerja alam itu, sehingga manusia bisa mengakui keragaman, membangun interdependensi, berjejaring, berwawasan holistik dan terus beradaptasi terhadap dinamika perubahan yang ada agar manusia bisa bertahan hidup. Kalau ada manusia tidak mengakui keragaman, tidak mau saling tergantung, tidak mau berjejaring dengan komunitas yang serba beda, artinya manusia tersebut telah menyalahi kodrat alam.
Itulah mengapa IPB sejak dulu memiliki kebijakan merekrut calon mahasiswa dari seluruh penjuru tanah air melalui jalur undangan tanpa tes. Tidak lain karena IPB menyadari bahwa kesetaraan akses pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia adalah sebuah keniscayaan dalam merawat kebhinnekaan. Meski secara historis ada trust untuk bersatu tapi kalau tidak dirawat dengan menjamin kesetaraan akses pada pendidikan, ekonomi, dan politik maka sangatlah berbahaya bagi trust itu sendiri. Disinilah keadilan harus ditegakkan, yakni keadilan akses. Keadilan inilah yang akan merawat trust antar kita. Keadilan inilah yang akan membuat kita masih merasa bersaudara.
IPB pun lalu mengembangkan spirit kebhinnekaan dengan sistem asrama 1 tahun sehingga kehidupan multibudaya bisa terbangun. Komunikasi lintas budaya juga semakin lancar. Sejak awal mahasiswa dididik untuk mengenal dan menghargai multi budaya. Acara tahunan kemahasiswaan berupa Gebyar Nusantara oleh BEM KM IPB serta Festival Budaya Nusantara oleh mahasiswa Sekolah Vokasi IPB adalah cerminan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya merawat kebhinnekaan. Pada momentum itulah seluruh organisasi mahasiswa daerah (Omda) di IPB menampilkan aneka budaya dalam seni, busana dan kuliner khas daerah. Tidak lain acara ini untuk membangun apresiasi keragaman budaya. Inilah komitmen mahasiswa IPB untuk terus memperkuat persatuan bangsa dengan merawat kebhinnekaan. Semestinya tidak berlebihan bila dengan kebijakan rekrutmen mahasiswa untuk seluruh nusantara dan kehidupan multibudaya di kampus seperti di atas kita ingin IPB menjadi Kampus Kebhinnekaan. Meski dalam skala yang masih kecil, inilah sumbangan IPB untuk terus merawat kebhinnekaan. Inilah lilin-lilin kecil yang terus IPB nyalakan. Sekecil apapun lilin yang kita nyalakan hari ini akan terus ada harapan kelak kita akan menerangi dunia.
Bogor 26 Oktober 2019
Marhaban Ya Ramadhan. Bagaimana kita memaknai hikmah puasa secara multi dimensi? Setidaknya ada empat dimensi penting hasil menjalankan ibadah puasa Ramadhan baik pada level individual maupun sosial yaitu dimensi spiritual intelligence, physical intelligence, emotional intelligence, dan social intelligence.
Pertama, adalah dimensi spiritual intelligence, yang menekankan pentingnya hubungan ilahiah yang bersifat transendental. Landasan puasa adalah keimanan dan memang puasa diperintahkan hanya kepada orang-orang yang beriman sehingga bunyi QS Al Baqarah 183 adalah "Yaa Ayyuhalladzi na aamanu" dan bukan "yaa ayyuhal muslimun". Karena itu niat berpuasa pun mestinya berbasis pada keimanan. Sebagaimana Hadist Nabi yang mengatakan "Barangsiapa berpuasa karena iman dan ikhlas maka akan diampuni dosa2nya terdahulu". Jadi iman menjadi modal utama puasa, dan puasa juga ditujukan untuk menambah keimanan. Dengan puasa maka modal iman akan terus bertambah. Mekanisme pertambahan keimanan tersebut tercermin dari tuntutan intensitas ibadah selama bulan Ramadhan : perbanyakan sholat sunnah, tadarus al quran, i'tikaf, dan dzikir. Tidak lain pertambahan keimanan ini adalah bagian dari proses menuju status taqwa, yakni status yang dikejar oleh setiap mukmin yang berpuasa. Karena status inilah yang tertinggi di mata Allah SWT.
Kedua, dimensi physical intelligence, yang menekankan benefit orang berpuasa secara biologis. Secara biologis, berpuasa sangat menyehatkan karena puasa 30 hari secara tidak langsung merupakan aktivitas detox yang penting bagi tubuh kita. Ahli kesehatan dan gizi manapun menempatkan puasa sebagai aktivitas fungsional menunjang kesehatan tubuh. Namun demikian tubuh sehat bukanlah segalanya. Tubuh sehat adalah salah satu prasyarat agar jiwa juga sehat, sebagaimana pepatah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Bagaimana puasa menumbuhkan jiwa yang sehat?
Ketiga, dimensi self control dan emotional intelligence. Hakikat puasa adalah pengendalian diri. Puasa melatih orang untuk mampu mengendalikan diri baik dalam aspek nafsu maupun emosi. Kontrol terhadap nafsu biologis makin dilatih, seperti pembatasan secara syariah tentang konsumsi makanan dan minuman. Kontrol terhadap nafsu ekonomis juga dilatih, seperti perintah perbanyakan sedekah. Sementara itu kontrol terhadap emosi juga dilatih, seperti menahan marah, sabar, dan mampu mengelola emosi sehingga berdampak pada perilakunya terhadap orang lain. Inilah yang dimaksud dengan kuatnya emotional intelligence, yang menurut Cardon terdiri dari kuatnya self awareness, self management, empathy, dan relationship management. Ujung dari kuatnya emotional intelligence adalah good interpersonal skill. Dengan demikian puasa melatih untuk mengelola emosi diri yang selanjutnya dapat menciptakan hubungan sosial yang baik.
Keempat, adalah dimensi social intelligence bahwa orang yang berpuasa makin meningkat kecerdasan dalam membangun kehidupan sosial. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Emotional intelligence yang didapat dari puasa dapat menjadi bekal bagi menguatnya social intelligence. Namun ada sisi lain yang perlu dikaji dalam social intelligence ini, yakni tentang kepercayaan (trust). Ada keyakinan orang berpuasa itu jujur. Karena memang puasa memaksa orang berkata benar dan melatih kejujuran. Secara individual, kejujuran akan berujung pada kesuksesan seseorang sebagaimana hasil penelitian Stanley yang menempatkan kejujuran sebagai faktor nomor satu dari 100 faktor penentu kesuksesan di dunia kerja. Sementara itu secara sosial, kejujuran berujung kepada terciptanya kepercayaan. Karena asumsi jujurnya orang yang berpuasa, maka pada bulan puasa secara umum tingkat kepercayaan orang lain kepada orang yang sedang berpuasa akan meningkat. Dengan semakin banyak orang berpuasa mestinya semakin banyak orang dapat dipercaya. Dengan semakin banyak nya orang yang dapat dipercaya maka semakin mencirikan terciptanya high trust society yakni masyarakat dengan rasa saling percaya yang tinggi. Inilah yang oleh Francis Fukuyama menjadi modal sosial penting bagi kemajuan bangsa. Menurut Fukuyama bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki modal sosial tinggi, yakni high trust society seperti Jepang, jerman dan negara maju lainnya. Dengan demikian puasa bisa memberi andil bagi terciptanya high trust society dan kemudian membuat bangsa menjadi lebih maju. Persoalannya adalah apakah suasana bulan puasa yang penuh dengan saling percaya tersebut dapat diteruskan pada 11 bulan berikutnya? Bila jawabannya ya maka tesis bahwa puasa dapat meningkatkan kemajuan bangsa akan terbukti.
Dimensi social intelligence yang diperkuat dengan kemampuan kita membangun trust society di atas, semakin diperkaya dengan spirit solidaritas sosial dengan memberi kepada orang membutuhkan. Puasa melatih orang untuk peduli sesama. Mekanisme zakat, infak, dan sedekah (ZIS) selama bulan puasa adalah instrumen utamanya. Ditambah lagi dengan mekanisme fidyah bagi yang tidak berpuasa karena alasan tertentu semakin memperlihatkan dimensi sosial puasa. Dengan demikian puasa tidak saja memperkuat social intelligence dengan high trust society tetapi juga anti kesenjangan. Semangat anti kesenjangan ini akan makin efektif bila seluruh mekanisme ZIS terinstitusionalisasi dengan baik. Dengan hikmah puasa pada empat dimensi di atas semoga semakin membuat kita yakin bahwa perintah puasa dapat menciptakan kita sebagai manusia seutuhnya yang sehat spiritual, jiwa, raga dan sehat secara sosial.
Bogor, 5 Mei 2019
(Materi disampaikan pada Tausiyah di Masjid Al Hurriyah Kampus IPB Dramaga)
Mengapa perlu melakukan rebranding?
Branding ibarat sebuah kehidupan, yaitu proses yang tidak pernah berhenti. Dalam perjalanannya, kita perlu berhenti sejenak dan mengevaluasi ‘kesehatan brand’ yang diperjuangkan selama ini, dengan menguji seberapa berartinya brand tersebut di mata stakeholders.
Ada berbagai pendekatan untuk mengevaluasi kesehatan brand. Ada cara 'jalan pintas' versus 'penelusuran secara seksama'. Oleh karena layanan dalam pendidikan tinggi ini bersifat jasa yang mempunyai multiple stakeholder, maka jalan pintas tidak direkomendasikan. Pendekatan Ethnography Marketing yang dipilih dalam riset dalam rangka rebranding ini merupakan jalan panjang penelusuran untuk memahami konsumen secara holistik dari berbagai sudut dan perspektif.
Dalam hal ini, IPB melalui profesional telah melakukan rangkaian penelusuran data primer maupun sekunder dengan berbagai teknik yaitu workshop internal dengan tokoh kunci, wawancara mendalam dengan future students, orang tua, guru-guru di sekolah, dan melibatkan tokoh kunci di institusi, baik dalam diskusi terpisah secara individu maupun diskusi terfokus dalam kelompok.
Hasil kajian ilmiah tentang perubahan brand IPB tersebut sudah disampaikan dalam berbagai pertemuan dengan stakeholder, termasuk dalam rapat Senat Akademik. Nama IPB University dan tagline baru ini sudah disahkan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) IPB melalui Keputusan No 7/IT3.MWA/OT/2019 Tentang Pengesahan Rebranding Dengan Nama IPB University.
Sejak kapan inisiasi perubahan nama dilakukan?
- Pada masa Rektor Prof.Dr.Ir. Andi Hakim Nasution ” (1978-1987), sudah tercetus rencana perubahan nama menjadi Universitas Ilmu Pengetahuan Bogor, disingkat “Universitas IPB”.
- Di masa Rektor Prof.Dr.Ir. Aman Wirakartakusumah (1998-2002), sudah dilakukam kajian untuk perubahan menjadi universitas.
- Di masa Rektor Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto (2007-2017), disampaikan mandat berupa Ketetapan Majelis Wali Amanat (MWA) kepada Rektor untuk melakukan pengkajian perubahan nama.
- Pada masa Rektor Dr. Arif Satria, sejak tahun 2018 telah dilakukan kajian perubahan nama dalam bingkai rebranding.
Tahapan apa saja yang sudah dilakukan IPB untuk mendapatkan brand baru yang lebih komunikatif?
- Internal Insights: Pengumpulan insight dari stakeholder internal.
- External Insight: Pengumpulan insight dengan wawancara dari stakeholder eksternal.
- Menerjemahkan insight yang didapat untuk repositioning dan renaming.
- Sosialisasi brand baru ke stakeholder internal dan eksternal.
- Secara bertahap mengimplementasikan brand baru ke dalam berbagai produk marketing communication (website, buku profil, kartu nama, merchandise, dan lain-lain).
Apakah motto/tagline IPB juga berubah?
Ya. Motto/tagline yang sebelumnya adalah “Mencari dan Memberi yang Terbaik (Searching and Serving the Best)” dirasakan sudah menjadi sebuah keharusan dan kekuatan Institusi. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka IPB University merasakan kebutuhan untuk memiliki janji baru yang lebih distinctive, berbeda dari universitas lain. Hasil riset dan diskusi dengan para stakeholder kunci diperoleh sebuah rangkaian kata janji baru yaitu: “Inspiring Innovation with Integrity” (versi pendek), dan versi panjangnya adalah “Inspiring Innovation with Integrity in Agriculture, Ocean, Biosciences for a Sustainable World”.
Motto/tagline ini memberikan penegasan terhadap diferensiasi dibandingkan perguruan tinggi lain:
- Inspiring: mencerahkan, memberikan ide
- Innovation: inovasi yang handal, bisa digunakan dan diterapkan
- Integrity: pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat (nilai-nilai moral tinggi)
Ketiga kata kunci ini telah diaplikasikan dalam pengembangan keilmuan di aspek pertanian, kelautan, biosains untuk mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan.
Apakah nama IPB University juga akan digunakan dalam dokumen resmi seperti ijazah, transkrip, dokumen kepegawaian dan sebagainya?
Seluruh dokumen resmi yang terkait dengan negara, tetap akan menggunakan nama “Institut Pertanian Bogor” sebagai nama resmi institusi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 66 Tahun 2013 tentang Statuta Institut Pertanian Bogor. Namun untuk kepentingan komunikasi internal dan marketing communication akan digunakan sebutan “IPB University”.
Bagaimana dengan dokumen-dokumen untuk keperluan internasional seperti akreditasi, jurnal, dan lain-lain?
Seluruh dokumen yang terkait dengan keperluan internasional, per 1 Juli 2019 sudah harus menggunakan nama “IPB University”. Pengenalan nama baru ini di tingkat global akan melalui proses transisi. Selama masa transisi, penulisan afiliasi lembaga dalam penulisan karya ilmiah atau manuscript jurnal internasional menjadi: IPB University (Bogor Agricultural University). Cara penulisan seperti ini juga akan dipakai dalam proses-proses pengumpulan data perankingan dunia dan indeksasi Scopus.
Mengapa kata “University” dipilih untuk menggantikan kata “Institut” yang selama ini sudah melekat di IPB?
Sejak lama telah berlangsung dualisme dalam terjemahan Institut Pertanian Bogor ke dalam Bahasa Inggris. Walaupun terjemahan yang lebih sesuai adalah “Bogor Agricultural Institute”, namun sudah lama IPB menggunakan “Bogor Agricultural University”. Bahkan ada juga yang menuliskan sebagai Institut Pertanian Bogor. Perbedaan ini seringkali membuahkan kebingungan dalam penulisannya sebagai afiliasi lembaga dalam jurnal internasional.
Alasan mengapa dipilih kata University, diawali dari pemikiran bahwa telah lama IPB berkembang dan menawarkan program studi yang lebih banyak dan luas dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, nama “IPB University” sebagai brand akan membangun asosiasi yang lebih luas dan menjanjikan value lebih tinggi.
Nama singkat juga akan memberikan ruang lebih luas untuk berasosiasi dengan hal-hal yang bersifat kekinian dan modern. Saat ini IPB tidak hanya merupakan singkatan, tetapi juga sebagai sebuah brand. Ada sejumlah corporate brand yang menempuh strategi ini untuk tidak hanya memberikan simplicity dalam pengucapannya, tetapi juga agar lebih solid dalam exposure dan menjelaskan janji brand-nya. Untuk itulah yang dilakukan adalah mengubah brand “Bogor Agricultural University” menjadi “IPB University”.