ipbprinting - Memajukan UKM Indonesia

Nikmat 'Intangible'

img-
Bagikan:
  • IPB Press    Jun 16, 2021

Saya teringat pesan ringan tentang syukur dalam sebuah kultum Ust Syafii Antonio usai sholat Subuh di Mesjid Andalusia setahun yang lalu. Kita bersyukur ketika mendapat rezeki yang banyak dan jabatan yang baik. Itulah kenikmatan dunia yang secara manusiawi kita inginkan. Harta dan tahta adalah nikmat "tangible", sebuah nikmat material yang nyata. Namun sudahkah kita selalu mensyukuri nikmat-nikmat lain yang "intangible"? Nikmat "intangible" adalah nikmat Allah yang sering kita anggap tidak nyata sehingga sering kita lupakan. Apakah kita selalu bersyukur diberi otak yang sehat sehingga daya ingat, kemampuan berpikir, dan fungsi perintah kepada seluruh organ tubuh berjalan baik? Ketika otak mengalami cedera amat sedikit saja akan bedampak sistemik. Peredaran darah yang lancar adalah anugerah yang luar biasa. Bayangkan kalau sedikit saja tersumbat, apa yang terjadi? Kita diberi nikmat mata untuk penglihatan. Kita diberi nikmat telinga untuk pendengaran. Kita diberi nikmat mulut untuk bicara dan juga menjadi pintu makan minum. Kita diberi hidung untuk penciuman. Itu semua adalah adalah kenikmatan yang tak ternilai harganya, namun seringkali kita menganggap biasa-biasa saja.

 

Namun ketika kita sehat walafiat seringkali kita lupa bahwa seolah-olah itu semua bukanlah sebuah nikmat. Seolah tubuh yang secara biologis sempurna fungsinya adalah hal yang biasa saja, bukan nikmat yang luar biasa. Kita akan merasakan semua itu menjadi nikmat yang luar biasa itu pada saat kita sakit. Pada saat sakit, Kita baru merasakan bahwa sehat itu adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Apakah kita harus menunggu sakit baru dulu untuk merasakan nikmatnya sehat?

 

Kini Covid-19 menghantui kita semua. Kita semua menjadi paranoid. Kita mati-matian mencari info sana-sini tentang gejala Covid-19. Badan meriang sedikit saja kita panik. Mungkin bencana ini adalah cara Allah Swt mengingatkan kita betapa kesehatan itu adalah kenikmatan "intangible" yang harus selalu kita syukuri. Mungkin ini adalah cara Allah Swt untuk mengingatkan bahwa kesehatan adalah nikmat yang tak ternilai harganya. Diberi sakit ringan mungkin itu adalah peringatan ringan. Diberi pandemi Covid-19 mungkin adalah peringatan besar agar kita semakin mensyukuri kenikmatan yang "intangible" ini. Kita diperingatkan mungkin karena kita selama ini fokus memperhatikan nikmat-nikmat "tangible" saja.

 

Semoga kita kembali menjadi orang-orang yang bersyukur dan selalui dianugerahi kesehatan. Amin YRA

 

Bogor, 8 April 2020

img-

Nikmat 'Intangible'

  • IPB Press
  • Jun 16, 2021
Bagikan:

Saya teringat pesan ringan tentang syukur dalam sebuah kultum Ust Syafii Antonio usai sholat Subuh di Mesjid Andalusia setahun yang lalu. Kita bersyukur ketika mendapat rezeki yang banyak dan jabatan yang baik. Itulah kenikmatan dunia yang secara manusiawi kita inginkan. Harta dan tahta adalah nikmat "tangible", sebuah nikmat material yang nyata. Namun sudahkah kita selalu mensyukuri nikmat-nikmat lain yang "intangible"? Nikmat "intangible" adalah nikmat Allah yang sering kita anggap tidak nyata sehingga sering kita lupakan. Apakah kita selalu bersyukur diberi otak yang sehat sehingga daya ingat, kemampuan berpikir, dan fungsi perintah kepada seluruh organ tubuh berjalan baik? Ketika otak mengalami cedera amat sedikit saja akan bedampak sistemik. Peredaran darah yang lancar adalah anugerah yang luar biasa. Bayangkan kalau sedikit saja tersumbat, apa yang terjadi? Kita diberi nikmat mata untuk penglihatan. Kita diberi nikmat telinga untuk pendengaran. Kita diberi nikmat mulut untuk bicara dan juga menjadi pintu makan minum. Kita diberi hidung untuk penciuman. Itu semua adalah adalah kenikmatan yang tak ternilai harganya, namun seringkali kita menganggap biasa-biasa saja.

 

Namun ketika kita sehat walafiat seringkali kita lupa bahwa seolah-olah itu semua bukanlah sebuah nikmat. Seolah tubuh yang secara biologis sempurna fungsinya adalah hal yang biasa saja, bukan nikmat yang luar biasa. Kita akan merasakan semua itu menjadi nikmat yang luar biasa itu pada saat kita sakit. Pada saat sakit, Kita baru merasakan bahwa sehat itu adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Apakah kita harus menunggu sakit baru dulu untuk merasakan nikmatnya sehat?

 

Kini Covid-19 menghantui kita semua. Kita semua menjadi paranoid. Kita mati-matian mencari info sana-sini tentang gejala Covid-19. Badan meriang sedikit saja kita panik. Mungkin bencana ini adalah cara Allah Swt mengingatkan kita betapa kesehatan itu adalah kenikmatan "intangible" yang harus selalu kita syukuri. Mungkin ini adalah cara Allah Swt untuk mengingatkan bahwa kesehatan adalah nikmat yang tak ternilai harganya. Diberi sakit ringan mungkin itu adalah peringatan ringan. Diberi pandemi Covid-19 mungkin adalah peringatan besar agar kita semakin mensyukuri kenikmatan yang "intangible" ini. Kita diperingatkan mungkin karena kita selama ini fokus memperhatikan nikmat-nikmat "tangible" saja.

 

Semoga kita kembali menjadi orang-orang yang bersyukur dan selalui dianugerahi kesehatan. Amin YRA

 

Bogor, 8 April 2020