Sastra lisan itu menjadi tonggak awal ketika orang mengenal sastra. Awal sastra lisan dari mulut ke telinga. Realitas sastra lisan ini, memiliki keunikan tersendiri. Terlebih lagi bila memahami sastra lisan dari kacamata antropologi. Antropologi sastra lisan memandang bahwa sastra lisan menjadi sebuah etnografi kehidupan. Di dalamnya terdapat tambang emas kehidupan. Maka menikmati sastra lisan itu, ibarat sedang makan sayur gudeg, penuh kelezatan. Penuh kedahsyatan estetis dan artistik.
Kunci pemahaman antropologi sastra lisan adalah penguasaan perspektif. Perspektif yang ditawarkan amat beragam, antara lain new historicism, interpretif, hegemoni, evolusionisme, mimikri, ekokultural, antropologi pendidikan, sosiokultural, dan sebagainya. Yang lebih penting lagi, buku ini hendak membuka mata ke depan. Ternyata dari sisi antropologi sastra lisan dapat menelusuri psikoterapi sastra lisan, etnografi sastra lisan, pewarisan peradaban, getaran eksotik, keanehan sastra lisan, dan sebagainya.Sastra lisan juga berkaitan dengan ihwal politik, ekologi, folklore, tradisi lisan, wayang, dan lain-lain. Yang dipentingkan, melalui buku ini pembaca akan diajak seolah-olah bertamasya, mengkontektualisasi makna sastra lisan.